Yuyung Harjanto

Jumat, 08 Oktober 2010

Berawal Dari Wedang Ronde

Sederhana sosok kita yang satu ini. Padahal dialah pemilik sebuah tempat makan yang sekarang ini sedang naik daun karena sandwich-nya. Hidupnya sekarang jauh berbeda, baik dari segi materil maupun falsafah hidupnya. Dia lebih “membumi” dan jauh dari “mendewakan” uang.

Setelah keterpurukan usaha garmennya beberapa tahun lalu, kini Yuyung Harjanto mampu bangkit dari himpitan ekonomi. Dia telah berhasil merintis usaha rumah makan yang diberi nama Kedai Kopi Sandwich Bakar dengan jumlah karyawan lebih dari 100 orang.
Keberhasilannya boleh dibilang fenomenal. Pasalnya, Yuyung hanya bermodalkan warung tenda seluas 3 X 4 m dengan 3 meja. Itu pun menurut dia, banyak peralatan yang pinjam dengan teman. Kemudian bapak 3 anak ini juga tidak menunggu lama untuk sukses. Di bawah 5 tahun, dia sudah bisa pindah ke ruko yang dulunya ada di belakang warung tendanya.
“Dulu saya berdagang di depan ruko milik teman saya ini. Dia berbaik hati mengijinkan saya berdagang di depan rukonya. Setelah 8 bulan, saya pindah ke ruko ini dan naik ke lantai 1 setelah 1 tahun,” kata Yuyung.
Tidak sampai di situ, Yuyung dengan sandwich bakar-nya pun mampu mengalahkan pesaingnya. Seperti diketahui, sepanjang Jalan Pesanggrahan dekat Pasar Puri di mana kedai kopi Yuyung berada, terdapat banyak sekali tempat makan. Beberapa di antaranya ada yang tutup karena ketatnya persaingan. Tapi, Sandwich Bakar malah semakin berkibar dan sekarang sudah membuka cabangnya di Kelapa Gading.
Pengunjungnya pun terus bertambah dan datang dari seantero Jakarta. Lihat saja setiap akhir minggu, tempat makan ini pasti sarat pengunjung. Sebagian besar anak-anak muda yang akrab dengan sandwich. Tapi, ada juga orang tua yang ingin bersantap sambil membawa anak-anaknya.

Berawal dari Wedang Ronde
Siapa sangka kalau awal mula Sandwich Bakar itu dari wedang ronde. Yuyung senang sekali penganan tradisional Indonesia ini. Dia sering mencobanya di berbagai tempat. Bila dirasa enak, dia menyuruh istrinya, Sritini, untuk membuatnya.
Setelah beberapa kali mencoba membuatnya, kurang lebih selama 6 bulanan, Yuyung baru mendapat resep jitunya. Dia pun menyuruh teman-temannya mencoba wedang ronde buatan istrinya.
“Waktu itu, teman-teman saya bilang cukup enak. Ngga tau bener apa ngga, namanya temen kan sering bilang enak, meski rasa sebenarnya tidak begitu,” cerita Yuyung.
Dari situ, lelaki kelahiran Bandung ini pun merasa punya modal untuk memulai usaha. Tapi, dia bingung, mau jualan di mana? Sedangkan dia tidak punya uang dan bangkrut. Usaha garmennya yang sudah dirintis selama 23 tahun pailit. Tahun 2002, dia menjadi penganggur selama kurang lebih 8 bulan.
Untungnya, Yuyung masih punya teman yang memberinya pekerjaan. Dia coba bekerja lagi, tapi kini bekerja dengan orang lain. Bukan sebagai pemilik perusahaan.
Bisa dibayangkan, betapa besar dilema hidup yang dialami Yuyung. Biasa jadi bos, tapi waktu itu, dia harus menjadi karyawan. Belum lagi masalah kebiasaan hidup yang dulunya enak, tapi saat itu, ia harus menerima takdir hidup serba kekurangan.
“Sebenarnya waktu itu, tidak terlalu kaget dengan perubahan ekonomi saya. Tapi, saya tidak enak dengan anak istri. Meski begitu, untungnya mereka sangat mendukung saya,” cerita Yuyung.
Walaupun sudah bekerja, namun masalah Yuyung tidak berhenti sampai di situ. Dia masih punya hutang banyak dan kebutuhan keluarganya pun tak kunjung terpenuhi. Di tengah gundahnya, ada orang yang memberinya nasehat,”Kalau mau buka usaha, jangan cari yang jauh-jauh tetapi cari yang dekat-dekat saja.”

Labels:

0 komentar:

Posting Komentar